Jibril Yang Perkasa, Pemimpin Para Malaikat 2/2
Jibril Yang Perkasa, Pemimpin Para Malaikat 2/2
Telah disebutkan sebelumnya, 15 abad yang lalu Jibril dengan wujud aslinya
pernah turun di langit Mekah, antara langit pertama dan muka dunia. Di dalam
Alquran dan hadits dijelaskan pula bahwa Jibril beberapa kali turun ke bumi
untuk berjumpa dengan kekasih-kekasih Rab-Nya atau menghukum para pendosa yang
durhaka.
Penyampai Wahyu dan Pendidik Umat
Pada masa kerasulan Muhammad ﷺ, Jibril pernah menapaki
tanah Madinah menemui kekasih Rab-Nya, Muhammad ﷺ. Ia datang sebagai
pengantar kalam Ilahi atau sebagai pendidik para sahabat Nabi.
Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari ibunda Aisyah radhiallahu ‘anha
menjelaskan bagaimana wahyu datang kepada Nabi ﷺ. Aisyah berkata, al-Harits
bin Hisyam pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ
يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ يَأْتِيكَ الْوَحْيُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْيَانًا يَأْتِينِي مِثْلَ صَلْصَلَةِ
الْجَرَسِ وَهُوَ أَشَدُّهُ عَلَيَّ فَيُفْصَمُ عَنِّي وَقَدْ وَعَيْتُ عَنْهُ مَا
قَالَ وَأَحْيَانًا يَتَمَثَّلُ لِي الْمَلَكُ رَجُلًا فَيُكَلِّمُنِي فَأَعِي مَا
يَقُولُ
“Wahai Rasulullah, bagaimanakah cara wahyu sampai kepadamu?” Beliau ﷺ menjawab,”Terkadang wahyu itu datang kepadaku
seperti suara lonceng, dan inilah yang terberat bagiku, dan aku memperhatikan
apa dia katakan. Dan terkadang seorang malaikat mendatangi dengan berwujud
seorang lelaki, lalu dia menyampaikan wahyu kepadaku, aku pun memperhatikan apa
yang dia ucapkan.”
Beberapa kali Jibril datang kepada Nabi dengan sifat-sifat kemalaikatannya.
Keadaan inilah yang terberat bagi Nabi. Dan terkadang ia datang dengan fisik
laki-laki.
Umar pernah bercerita bahwa ada seorang laki-laki yang mengenakan pakaian
putih bersih dan rambut yang sangat hitam datang menemui Nabi ﷺ. Tidak ada seorang sahabat pun yang mengenal
laki-laki itu, tetapi ia kelihatan begitu dekat dengan Nabi. Ia bertanya
tentang Islam, iman, dan ihsan. Di akhir pertemuan Nabi bertanya kepada Umar,
“Wahai Umar, tahukah engkau siapakah dia?” “Allah dan Rasul-Nya lebih
mengetahui.” Jawab Umar. “Sesungguhnya dia Jibril. Dia datang untuk mengajarkan
agama kepada kalian”. Sambung Rasulullah ﷺ (HR. Muslim).
Ada salah seorang sahabat Nabi ﷺ yang Jibril suka
menyerupainya saat menjadi manusia. Namanya Dihyah bin Khalifah al-Kalbi. Dari
Anas, Nabi ﷺ bersabda, “Jibril datang serupa dengan fisik
Dihyah. Dan Dihyah adalah seorang laki-laki yang tampan”. (Siyar A’lamin
Nubala, Hal: 554).
Panglima Perang Para Malaikat
Saat situasi genting di Perang Badr. Umat Islam yang berjumlah tiga ratus
beberapa belas orang dengan tanpa persenjataan lengkap disongsong oleh 950
pasukan musyrik Mekah dengan perlengkapan perangnya. Jibril datang atas
perintah Rabnya dengan membawa ribuan pasukan malaikat dari langit ke-3.
Rasulullah ﷺ mengabarkan kepada Abu
Bakar, “Bergembiralah wahai Abu Bakar. Pertolongan Allah datang. Ini Jibril di
giginya ada debu-debu (dari medan perang)”. (Fiqhu ash-Shirah, Hal:
408).
Dalam hadits yang lain, beliau bersabda,
هَذَا جِبْرِيْلُ آخِذٌ بِرَأْسِ فَرَسِهِ عَلَيْهِ أَدَاةُ الْحَرْبِ
“Ini adalah Jibril sedang memegang kepala kudanya, dan ia membawa peralatan
perang.” (HR. al-Bukhari, no. 3995).
Bagaimana kiranya, jika Jibril yang perkasa turut membantu dalam peperangan?
Pasukan mana yang akan menderita kekalahan ketika Allah telah memberikan
pertolongan sedemikian? Saat kemenangan diraih, ribuan malaikat itu tidak serta
merta menghabisi semua musuh yang ada di medan laga. Inilah hikmah agama kita
yang mulia, 950 orang musyrik itu tidak dibinasakan seketika. Perang dalam
Islam bukan berarti membunuh dan membantai. Jika Allah menghendaki, tentu saja
ribuan malaikat dari langit ketiga itu mampu menghabisi mereka semua. Namun di
akhir peperangan hanya 70 orang musyrik yang tewas dan 70 lainnya ditawan.
Keperkasaan Jibril, Adzab Atas Kauk Sodom
Ratusan atau mungkin ribuan abad yang lalu, saat bumi usianya tak setua saat
ini. Jibril bersama Mikail dan Israfil pernah datang kepada kekasih Allah,
Rasulullah Ibrahim ﷺ. Ketiganya datang
memberikan kabar gembira kepada Ibrahim dan Sarah akan kehadiran buah hati
mereka Ishaq. Kemudian ketiganya bertolak menuju kaum Rasulullah Luth. Di
sinilah tajuk Jibril yang perkasa akan kita pahami secara sempurna.
Allah ﷻ menciptakan banyak makhluk yang lebih kuat dari
manusia. Bangsa jin salah satu di antaranya. Di masa Nabi Sulaiman salah satu
jin pernah menyanggupi permintaan Nabi Sulaiman mengangkat singgasana Ratu
Bilqis sebelum Sulaiman berdiri dari duduknya.
قَالَ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ أَيُّكُمْ يَأْتِينِي بِعَرْشِهَا قَبْلَ أَنْ
يَأْتُونِي مُسْلِمِينَ
Berkata Sulaiman: “Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian
yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku
sebagai orang-orang yang berserah
diri”. (QS. An-Naml: 38).
قَالَ عِفْرِيتٌ مِنَ الْجِنِّ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ تَقُومَ مِنْ
مَقَامِكَ ۖ وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ
Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu
dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu;
sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya”. (QS.
An-Naml: 39).
Kemudian malaikat membawanya kepada Sulaiman dengan kecepatan dan kekuatan
yang lebih mencengangkan lagi, yakni lebih cepat kedipan mata singgasana Ratu
Bilqis bisa hadir di hadapan Nabi Sulaiman.
قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ
يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab: “Aku akan membawa
singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. (QS. An-Naml: 40).
Para ulama menafsirkan ayat ini bahwa orang shaleh itu memohon kepada Allah.
Kemudian Allah perintahkan malaikat membawa singgasana Bilqis dari Yaman menuju
Syam (Palestina) yang berjarak 3000 Km hanya dalam kejapan mata.
Kekuatan manusia pun masih kalah dibanding hewan-hewan ciptaan Allah; Eastern
Lowland Gorila mampu mengangkat beban seberat 2000 Kg, bahkan semut
pemotong daun atau yang kita kenal dengan semut rang-rang saja mampu mengangkat
benda 50 puluh kali berat badannya.
Lalu bagaimana dengan Jibril? Makhluk ciptaan Allah yang perkasa dan
dianugerahi pula kecerdasan.
عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَىٰ﴿٥﴾ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوَىٰ
“Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. Yang mempunyai
akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli.”
(QS. an-Najm: 5-6).
Jibril pernah mencongkel bumi seluas lima desa kemudian mengangkatnya ke
langit, dan membalikkannya hanya dengan satu sayap kanannya. Ya, Jibril
mengangkat kampung kaum Nabi Luth untuk mengadzab mereka.
Kaum Luth adalah kaum pendosa. Mereka telah menyekutukan Allah, mendustakan
Rasulullah Luth ﷺ, berbuat kotor dengan
homoseksual yang belum pernah dilakukan oleh orang sebelum mereka, dan
menantang datangnya adzab.
Kisah adzab merek bermula dengan kedatangan Jibril, Mikail, dan Israfil
dengan sosok laki-laki tampan dan gagah menemui Rasulullah Luth. Tiga orang
tamu yang rupawan ini membuat Luth merasa cemas, khawatir kalau kaumnya akan
mengganggu mereka.
“Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia
merasa susah dan merasa sempit dadanya karena kedatangan mereka, dan dia
berkata: ‘Ini adalah hari yang amat sulit’.” (QS.Huud: 77).
Karena khianat istri Nabi Luth, kehadiran para tamu pun bocor ke telinga kaum
gay ini. Bertambahlah kegelisahan Luth. Beliau yanga sangat memuliakan tamu dan
tidak ingin tamunya terganggu dan tersakiti.
Luth berkata: “Seandainya aku mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau
kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan)”.
(QS.Huud: 80).
Akhirnya para utusan itu berkata:
Para utusan (malaikat) berkata: “Hai Luth, sesungguhnya kami adalah
utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu,
sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir
malam dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali
isterimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena
sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah
subuh itu sudah dekat?”. (QS. Huud: 81).
Dari sini kita mengetahui, para wali Allah dari kalangan Rasul pun tidak
mengetahui perkara gaib.
Syahwat syaithoniyah kaum Luth makin membuncah liar tak terbendung. Malam
itu, mereka mencoba mendobrak pintu rumah Nabi Luth. Lalu Jibril memukul
wajah-wajah mereka dengan ujung sayapnya hingga mereka menjadi buta. Dengan
terhuyung-huyung mereka kembali ke rumah. Lalu Jibril memerintahkan Luth agar
keluar bersama orang-orang beriman lainnya. Dan datanglah adzab yang pedih
kepada kaum Luth.
Di pagi hari, Jibril congkel bumi kampung kaum Luth dengan satu sayapnya.
Kemudian ia angkat ke langit pertama dengan segala isinya. Hingga penduduk
langit mendengar jeritan manusia-manusianya, lengkingan suara anjingnya, dan
kokok ayam yang ada di dalamnya. Setelah itu ia balik bongkahan besar itu,
bagian bawah diputar menjadi sisi atas. Lalu dilemparkan kembali ke bumi.
Diikuti hujan batu dari sijjil.
Qatadah mengatakan, “Sampai kepada kami bahwa Jibril mengangkat bagian
tengah desa. Kemudian ia lemparkan ke langit. Hingga penduduk langit mendengar
gongong dan salak anjing mereka. Bagian-bagiannya pun saling menghancurkan.” (Tafsir
al-Quran al-Azhim, tafsir Surat Hud: 82-83).
Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi mengatakan, “Kampung kaum Luth itu ada 5
kampung; Sodom (Arab: سدوم) –inilah kampung terbesar-, Sha’bah (Arab: صعبة),
Sha’wa (Arab: صعوة), Atsra (Arab: عثرة), dan Duma (Arab: دوما) (Tafsir
al-Quran al-Azhim, tafsir Surat Hud: 82-83).
Allah al-Aziz Yang Maha Perkasa, bayangkan!! Daratan sebesar lima desa,
dicongkel dan diangkat beigitu saja menuju langit yang tingginya hanya ditakar
dengan mata. Mata yang lemah, yang tidak tahu berapa jarak pastinya.
Pohon-pohon, istana dan bangunan kokoh, manusia dan hewan, serta segala macam
isinya melayang ke ufuk dengan satu sayap makhluk yang perkasa. Jika demikian
apalah artinya kita?
Kita kadang marah kepada Allah Sang Pencipta tatkala ia menurunkan hujan
atau mamaparkan teriknya matahari ke bumi. Seolah-olah kita mampu melawan-Nya.
Kita kadang membusungkan dada, mengkritik hukum-hukum-Nya karena kita anggap
kejam dan tak adil. Kita tidak kenal limit logika kita. Sebagian dari kita juga
sering menyorotkan mata ke langit, protes atas ketetapan takdir-Nya. Padahal
Dialah al-Alim (Yang Maha Mengetahui) dan al-Hakim (Yang Maha Bijaksana).
Dibandingkan Jibril saja, apalah artinya kita?
Mudah-mudahan dengan mentadabburi makhluk Allah, Jibril ‘alaihissalam,
membuat kita semakin takut dan taat kepada Allah. Kita hayati kebesaran-Nya
dalam takbir shalat kita, karena Dialah al-Akbar. Kita agungkan Dia dalam
rukuk-ruku kita, karena Dialah Rabb al-Azhim. Kita tinggikan Dia dalam
sujud-sujud kita, karena Dialah Rabb al-A’la. Innahu ‘ala kulli syai-in qodir…
(Dia kuasa atas segala sesuatu)…
Sumber:
– al-Asyqar, Umar bin Sulaiman. 1995. Alam al-Malaikah al-Abrar. Dar
an-Nafa-is.
– Katsir, Ibnu. Tafsir al-Quran al-Azhim.
– al-Khomis, Utsman bin Muhammad. 2010. Fabihudahum Iqtadih. Kuwait: Dar
al-Ilaf ad-Daulah.
– al-Utsaimin, Muhammad bin Shalih. 1433 H. Syarhu Riyadhush Shalihin.
Riyadh: Madar al-Wathan li an-Nasyr.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar